Tanggal 28 maret 1981,Pesawat
Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA-206 "Woyla" tujuan Medan,
Sumatra Utara berangkat dari Jakarta pada pukul 08.00 pagi dan melakukan
transit di Palembang. Pesawat berjenis McDonnell Douglas DC-9 itu
dijadwalkan tiba di medan pada pukul 10.55 waktu indonesia barat.
Beberapa saat setelah mengudara dari Palembang,2 orang penumpang secara
tiba-tiba beranjak dari tempat duduknya,1 orang langsung bergegas menuju
kokpit dan 1 lagi berdiri sambil mengeluarkan senjatanya dan mengacam
para penumpang untuk tidak berbuat macam-macam. Sang pembajak yg berada
di kokpit segera mengeluarkan senjatanya dan mengancam sang pilot untuk
mengarahkan pesawat tsb menuju Kolombo,sri lanka. Tapi karena bahan
bakar yg tidak mencukupi, maka sang pilot terpaksa mengarahkan
pesawatnya ke Penang , Malaysia.
Setelah dilakukan penyelidikan para pembajak ini berasal dari kelompok
yg menamakan dirinya Jihad Commando Group, sebuah Kelompok Islam garis
keras yang bertanggung jawab atas aksi-aksi penyerbuan ke kantor polisi
dan berbagai aksi sabotase di Indonesia antara tahun 1977 sampai 1981.
Pada saat itu juga pemerintah Indonesia segera memberlakukan keadaan
darurat, karena sebelumnya Indonesia belom pernah mengalami aksi
pembajakan yg serius sejak kasus pada tahun 1974 saat seorang marinir yg
sedang mengalami depresi membajak sebuah penerbangan domestik.
Sore itu juga dibentuklah Sebuah Grup dari Kopassus (namanya dulu
Kopahasanda) dan disiapkan juga sebuah peswat DC-9 dari Garuda yang akan
digunakan untuk latihan pembebasan sandera.
Setelah Woyla meninggalkan Penang, pesawat tsb menuju bandara udara
internasional Don Muang, Bangkok. Seorang sandera wanita diperbolehkan
turun di malaysia. Para pembajak mengajukan tuntutan: 1. Pembebasan
Pimpinan kelompok Komando Jihad yg dipenjara pemerintah, uang sebesar
1.5 Juta Dollar , AS dan sebuah pesawat untuk melarikan diri, mereka
juga mengancam akan meledakan bom jika pemerintah tidak memenuhi
tuntutan mereka.Keadaan menjadi semakin sulit untuk Komandan Pasukan
komando kopassus, dia memperkirakan para pembajak ini akan menerbangkan
woyla ke sebuah kota di daerah Timur tengah (Middle East), belum lagi
baru saja ada telepon dari Dubes Amerika Serikat yg dan mengatakan bahwa
ia mempercayakan keselamatan para penumpang Amerika serikat yg berada
di dalam "Woyla" kepadanya. Keesokan pada tanggal 29 maret 1981 ,pukul 9
malam WIB, 35 anggota pasukan Komando Kopassus berangkat dari Jakarta
menggunakan pesawat DC-10 Garuda dengan mengenakan pakaian warga sipil.
Pada saat itu pemerintahan Thailand sebenarnya kurang setuju dengan
pengiriman pasukan komando kopassus ini, karena mereka lebih memilih
untuk melakukan negosiasi daripada pendekatan militer. Namun pada
akhirnya pemerintah thailand mengijinkan operasi ini dijalankan karena
desakan dari pemerintah indonesia dan berhubung semua teroris yang
membajak pesawat tersebut juga berkewarganegaraan Indonesia. Sebelum
operasi dilaksanakan pimpinan CIA di Thailand memberikan pinjaman Flak
Jacket, Alat pendobrak serta beberapa Sub machine gun jenis MP-5.Namun
ditolak karena pasukan Kopassandha Indonesia telah membawa perlengkapan
mereka sendiri dari Jakarta.
31 Maret 1981
02.30: Pagi-pagi buta, ditengah kegelapan sekitar 500 meter dari dari
woyla pasukan komando kopassus yg dibagi menjadi 3 grup (Biru,merah dan
hijau) berjalan mengendap-endap menuju pesawat, tim biru dan merah akan
menyerbu dari pintu darurat yg terletak di sayap pesawat dan tim hijau
akan menyerbu dari pintu samping dalam saat yg bersamaan setelah kode
"go" diberikan 02.43: Pasukan komando Thailand bergerak mengamankan
daerah sekitar landasan untuk mencegah kemungkinan adanya para pembajak
melarikan diri 02.45: Kode "go" diberikan tim hijau menerobos dan masuk
terlebih dahulu untuk memastikan apakah ada pembajak yg menjaga pintu
akan dimasuki tim biru dan merah. Seorang pembajak kemudian melepaskan
tembakan ke salah satu anggota pasukan komando kopassus dan mengenai
bagian yg tidak dilindungi oleh kelvar, akhirnya teroris tersebut
menembak dirinya sendiri. Anggota tim hijau yg lain segera menyerbu
masuk dan melepaskan tembakan, saat itu jg secara bersamaan tim biru dan
merah masuk menyerbu ke dalam pesawat,
dengan cepat beberapa orang pembajak berhasil dilumpuhkan, kemudian
pimpinan pasukan komando kopassus segera berteriak kepada para sandera
untuk segera berlari keluar dari pesawat. Keadaan berubah menjadi tegang
ketika seorang pembajak berlari sambil membawa granat dan mencoba
melemparkannya, hal ini berhasil dicegah oleh keberanian seorang
penumpang yg segera menjatuhkan pembajak tersebut, saat itu juga seorang
anggota pasukan kopassus segera menembak pembajak tersebut. Situasi
segera dapat diambil alih oleh pasukan komando kopassus, seluruh
pembajak tewas di tempat dan tidak satupun sandera yg tewas. 02.55:
Seluruh area pesawat berhasil diamankan oleh pasukan komando kopassus ,
Ambulans dan paramedik berdatangan dan bergegas menolong pilot woyla yg
secara tidak sengaja tertembak oleh salah satu pembajak saat penyerbuan
(raid) dilaksanakan. Bandara udara internasional Don Muang menjadi ramai
oleh para jurnalis dari wartawan yang kebayakan berasal dari Amerika
serikat, Jepang, Australia, Jerman barat,
Perancis Singapura dan Indonesia yg ingin mengetahui apa yg sebenarnya terjadi di pesawat.
Tim medis kemudian datang untuk menyelamatkan pilot pesawat DC-9 Woyla,
Kapten Herman Rante, yang ditembak salah satu teroris dalam serangan
tersebut. Namun Kapten Herman Rante meninggal di Rumah Sakit di Bangkok
beberapa hari setelah kejadian tersebut. Kedua korban peristiwa
terorisme ini kemudian dimakamkan di TMP Kalibata.
Operasi kontra terorisme ini dilakukan oleh Grup-1 Para-Komando dibawah
pimpinan Letnan Kolonel Infanteri Sintong Panjaitan yang kemudian
beserta tim-nya dianugerahi Bintang Sakti dan dinaikkan pangkatnya satu
tingkat, kecuali Achmad Kirang yang gugur di dalam operasi terebut
dinaikkan pangkatnya dua tingkat secara anumerta.
Keesokan harinya Dunia terkejut dengan kemampuan pasukan komando
Indonesia, Asian Wall street Journal dan Majalah-majalah serta surat
kabar di eropa barat dan Amerika serikat memuji kehebatan dan ketenangan
pasukan komando kopassus dalam melaksanakan tugasnya. Hari ini pasukan
komando kopassus yg bernama Den 81 ini lebih dikenal dgn nama Sat 81
Gultor (Penanggulangan Terror)/ Grup 5 Kopassus, masih merupakan salah
satu pasukan anti-terror yg paling disegani di kawasan asia tenggara.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar